Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Agustus 2010

BUDDHA

BUDDHA

A. CIRI-CIRI BUDDHA

1. Kesempurnaan kebuddhaan Sammasambuddha dinyatakan langsung dengan jelas oleh Sammasambuddha sendiri, bukan dugaan atau tafsiran orang , kelompok orang, atau makhluk lain. Dalam khotbah pertama ‘khotbah pemutaran roda dhamma’ (Dhammacakkappavattana sutta), sutta pitaka, Samyuta Nikaya LVI-

1.1 Sang Buddha Gotama menyatakan:

“ketika pengetahuan dan pengertian saya sebagaimana adanya (yathabhuta nanadassana) tentang empat kebenaran mulia, masing-masing dalam tifa tahap dan dalam 12 segi pandangan telah sempurna kesuciannya; pada saat itu, o para bhikkhu, saya nyatakan kepada dunia bersama para dewanya dan maranya, kepada semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia, bahwa saya telah mencapai penerangan sempurna (Anuttara Sammasambuddhi)”.

Pernyataaan ini dipertegas lagi bahwa sebelum mencapai penerangan sempurna baleiau tidak pernah menyatakan hal itu:

“demikianlah, selama pengetahuan dan pengertian saya sebagaimana adanya tentang empat kebenaran mulia, masing-masing dalam tiga tahap dan dalam 12 segi pandangan ini belum sempurna kesuciannya; demikian jauh, o para bhikkhu, saya tidak menyatakan kepada dunia bersama para dewanya dan maranya, kepada semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia, behwa saya telah mencapai penerangan sempurna”.

2. Dalam Mahapadana sutta, sutta pitaka, digha Nikaya, sutta XIV, sang Buddha Gotama menyatakan sendiri bahwa beliau adalah Sammasambuddha:

“o para bhikkhu, pada kappa yang istimewa ini pula, saya arahat sammasambuddha muncul di dunia”.

3. Dalam mahapadana sutta, dan juga dalam lakkhana sutta, sutta pitaka, difga Nikaya, sutta XXX, diwbutkan 32 tanda istimewa manusia agung (maha purisa lakkhana) yang dimiliki setiap Sammasambuddha sebagai berikut:

1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)

2. Di telapak akki terdapat lingkaran dengan seribu ruji, dengan bentuk lingkar dan pusat sempurna.

3. Bentuk tumit bagus (ayatapanhi)

4. Jari-jari panjang (dighanguli)

5. Tangan dan kaki: lembut dan halus (mudu-taluna)

6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha pado)

7. Tulang pergelangan kaki seperti kulit kerang (ussankha-pado)

8. Kaki bagaikan kaki kijang (enijanghi)

9. Bila berdiri tanpa membunugkukkan badan, dengan kedua tangan-Nya dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut-Nya

10. Alat kelamin terbungkus oleh selaput (kosohita-vatthaguyho)

11. Warna kulit bagaikan perunggu berwarna emas

12. Kulit sangat lixin sehingga tidak ada debu yang dapat melekat di tubuh-Nya

13. Pada setiap pori-pori di kulit-Nya tumbuh sehelai bulu

14. Rambut berwarna biru kehitam-hitaman tumbuh keriting ke atas berbentuk lingkarang kecil dengan arah berputar ke kanan.

15. Potongan tubuh yang agung (brahmujju-gatta)

16. Rujuh otot yang kuat (sattussado)

17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha-kayo)

18. Di kedua bahu tidak ada lekukan.

19. Potongan tubuh bagaikan pohon nigroda (beringin). Tinggi tubuh-Nya sama dengan rentangan kedua tangan-Nya, begitu pula sebaliknya.

20. Bahu yang sama lebar (sama vattakkhandho)

21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi)

22. Rahang bagaikan rahang singa (sihabanu)

23. Gigi: empat puluh buah

24. Gigi yang sama (sama-danto)

25. Gigi yang tetap (avivara-danto)

26. Gigi yang putih bersih

27. Lidah yang panjang (pahuta-jivha).

28. Suara bagaikan suara brahma yang seperti suara burung karavika

29. Mata biru

30. Bulu mata bagaikan mata sapi (gopakhumo)

31. Diantara alis mata tumbuh (sehelai) rambut halus, putih bagaikan kapas yang halus.

32. Kepala bagaikan kepala berserban (unhisasiso)

4. Dalam sutta pitaka, Majjhima Nikaya, mulapannasaka, disebutkan dasabalanana (10 kemampuan pandangan terang) yang dimiliki setiap sammasambuddha:

1. Pandangan terang tentang kemungkinan-kemungkinan dan ketidak mungkinanan (thanathananana)

2. Pandangan terang tentang akibat-akibat karma (vipakanana)

3. Pandangan terang tentang praktik-praktik yang membawa pada bermacam-macam alam kehidupan (sabbatthagaminipatipadanana)

4. Pandanga terang tentang susunan unsure-unsur kehidupan (nanadhatunana)

5. Pandangan terang tentang perbedaan kecenderungan-kecenderungan (nanadhimuttikanana)

6. Padangan terang tentang perkembangan kemampuan-kemampuang makhluk (indriyaparopariyagginana)

7. Pandangan terang tentang pencapaian jhana dan kemundurannya karena kekotoran-kekotoran batin (jhanasankilesadinana)

8. Pandangan terang tentang kelahiran-kelahiran sebelumnya (pubbenivasanussatinana)

9. Pandangan terang tentang kelahiran dan kematian makhluk-makhluk berdasarkan perbedaan karma mereka (cutipapatanana).

10. Pandangan terang yang menghancurkan kekotoran-kekotoran batin untuk seketika dan untuk selama-selamanya (asavakkhayanana)

5. Sammasambuddha mencapai dan membabarkan pengetahuan yang tidak pernah beliau dengar sebelumnya. dalam dhammacakkapavattana sutta, pada saat membabarkan empat kebenaran mulia masing-masing dalam tiga tahap, masing dinyatkan sebagai berikut:

“inilah kebenran mulia tentang dukkha, demikianlah, o para bhikkhu, mengenai segala sesuatu (dhamma) yang belum pernah saya dengar (pubbeananussutesu) menjadi terang dan jelas; timbullah pandangan, timbbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan, timbullah cahaya,…..)

6. Semua sammasambuddha mengajarkan dhamma yang sama. Karena itu, sebelum ajaran sammasambuddha lenyap (dilupakan samasekali), tidak mungkin muncul sammsambuddha baru. Dalam dhammapada 184, 183 dan 185 yang merupakan ovadapatimokkha, dinyatakan sebgai berikut:

“kesabaran adalah praktik membina diri yang tertinggi

Nibbana adalah yang paling tinggi, demikian sabda para Buddha

Bukanlah pertapa (ia) yang merugikan orang lain

Bukanlah samana (ia) yang masih menyakiti orang lain

Tidak melakukan segala bentuk kejahatan

Senantiasa mengembangkan kebajikan

Membersihkan pikiran sendiri

Inilah ajran para Buddha

Tidak menghina, tidak menyakiti

Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan

Memiliki sikap madya dalam makanan

Berdiam ditempat yang sesuai

Giat mengembangkan keluhuran batin

Inilah ajaran semua Buddha”

B. MANFAAT AJARAN SAMMASAMBUDDHA

Selama ajaran sammasambuddha yagn berisi delapan unsure jalan mulia masih ada, selam itu juga masih memungkinkan tercapainya kebebasan mutlak dari penderitaan. Dalam maha parinibbana sutta, sutta pitaka, digha nikaya, sutta XVI, sang Buddha gotma menegaskan sebagai berikut:

“dalam dhamma dan vinaya manapun juga, o subhadda, bila tidak terdapat delapan unsure jalan mulia, maka tidak mungkin dapat ditemukan samana yang telah mencapai tingkat kesucian pertama (sotapanna), yang kedua (sakadagami), yang ketiga (anagami), dan yang keempat (arahat).

Tetapi, dalam dhamma dan vinaya manapun juga, dim mana terdapat delapan unsure jalan mulia, maka disitu dapat ditemukan samana yang telah mencapai tingkat kesucian pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Dan, dalam dhamma vinaya yang Ku-ajarkan terdapat delapan unsure jalan mulia; sehingga hanya dalam dhamma vinaya yang Ku ajarkan terdapat samana yang telah mencapai tingkat kesucian pertama, kedua, ketiga dan keempat. Ajaran yang diberikan oleh pertapa-pertapa lain tidak akan menghasilkan orang-ornag suci, maka, jika para bhikkhu hidup dengan bajik, sebenarnya dunia ini tidak kekurangan Arahat-Arahat!”

C. BUDDDHA SETELAH BUDDHA GOTAMA

Dalam Cakkavatti sihanada sutta, sutta Pitaka, digha nikaya, sutta XXVI, dijelaskan bahwa karena manusia tidak lagi mempunyai sila, mengumbar hawa nagsu, meninggalkan tugas dan kewajibannya, mengabaikan ajaran agama; maka umur maksimal kehidupan mereka menjadi semakin memendek hingga akhirnya hanya 10 tahun.

Selanjutnya, setelah masa bobrok itu, karena manusia kemudian kembali menjaga sila, mengendalikan diri dari hawa nafsu, memenuhi tugas dan kewajibannya baik kepada keluarga maupun kepada masyarakat; maka umur maksimal kehidupan mereka semakin bertambah panjang, hingga suatu saat mencapai 80.000 tahun. Pada waktu itu wanita menikah pada usia 500 tahun. India akan menjadi sentosa dan makmur. Kota benares menjadi ibu kota kerajaan. Nama benares menjadi ketumati. Sankha adalah cakkavatti raja. Pada saat itulah munculnya sammasambuddha metteyya di india. Selanjutnya dinyatakan sendiri oleh sang Buddha gotama dalam cakkavatti sihanada sutta sebagai berikut:

“pada masa itu, o para bhikku, akan muncul di dunia ini sang bhagava metteyya, arahat, yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, sempurna menempuh jalan, pengenal semua alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, yang sadar, yang patut dimuliakan, seperti saya sekarang

Ia, oleh dirinya sendiri, mengetahui dan melihat sepenuhnya, langsung, alam semesta ini berserta dunia para dewanya, brahmanya dan maranya. Dan dunia yang oleh diri sendiri dengan sepenuhnya mengetahuai dan melihat semua itu. Dhamma yang sempurna pada awal, pada pertengahan, dan pada akhirnya, akan ia babawkan, baik dalam semangat maupun dalam ungkapan. Ditunjukannya kehidupan suci (brahmacari) yang bersih dan agung, seperti halnya saya sekarang.

Ia akan selalu disertai ribuan bhikkhu, seperti halnya saya sekarang yang disertai oleh himpunan ratusan bhikkhu”.

D.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar